Kamis, 22 Oktober 2009

TV besar alias Bioskop Ria

2 adik bungsu saya yang ketika saya kelas 2 SMP, masih berusia balita adalah 2 gadis kecil yang meramaikan hari-hari dalam keluarga sangat besar kami.
Bayangkan saja, kami satu saudara kandung ada 8 orang ditambah lagi dengan 5 orang saudara sepupu kami yang yatim piatu. Untung saja 2 sepupu yang tertua laki-laki, sudah dewasa dan berkerja, sehingga jarang tinggal dirumah, karena mereka bkerja dipengeboran minyak bumi dilepas pantai kalimantan timur.

Saat itu kira-kira awal tahun 70 an.Siaran televisi baru saja merambah Kalimantan Timur dengan mengadakan siaran percobaan.Isi siaran TVRI Balikpapan biasanya hanya lagu-lagu Pop Indonesia.Penyanyi yang paling kami tunggu saat itu adalah Emilia Contesa, dia yang paling OK.Ada juga penyanyi lain yang rajin diputar oleh TVRI Balikpapan, yaitu Inneke Kusumawati yang ngetop dengan lagu Sepatu Baru,Fenty Effendy,Maya Sopha dan kawan-kawan dibelantika musik pop kemudian Mergie Singer, Rien Jamain dan beberapa lagi di musik Jazz serta Pak Hoegeng dengan Hawaiian Seniornya.

Jadi setiap menjelang magrib kami sudah rapi berjejer duduk didepan televisi 14"layar biru kami yang kakinya "ngangkang".Saya ingat televisi itu adalah hadiah dari seorang kakek jauh kami yang setiap beliau datang tidak menemui kami cucu-cucunya, karena kami selalu berada dirumah tetangga kami yang paling kaya sekomplek, untuk nonton TV.Begitulah kami akhirnya bisa nonoton TV dirumah kami sendiri.

Betapa kami begitu dipengaruhi oleh sisaran-siaran televisi, maklum barang baru bagi kami.Kalau Emillia Contessa bernyanyi dengan penuh ekspresi, ketika dia berkerut-kerut kami menahan nafas dan ikut berkerut dan ketika dia tersenyum maka kamipun ikut tersenyum. Suatu hari Nely adik saya menagis tersedu-sedu karena seorang anak di televisi merebut boneka anak yang lainnya dalam sebuah film keluarga.

Selain TVRI hiburan kami anak-anak dan dewasa disekitar kawasan Karang anyar adalah bioskop Ria.Setiap minggu pagi kami akan berbondong-bondong menuju bioskop untuk menonton film kartun Walt Disney yang saat itu kami sebut "Pelem Kokos",entah dari mana asal muasal sebutan itu, yang jelas Pelem artinya Film. Bioskop akan penuh sesak oleh anak-anak sampai yang datang dari daerah Kampung baru. Makanya 2 adik bungsu kami tidak pernah kami ajak, kami tak sanggup menjaga keselamatan mereka dari berdesak-desakan ketika masuk dan keluar gedung bioakop.

Suatu hari kakak sepupu kami yang bernama Mukiban sedang off...(saya sedih menulis namanya, karena beliau baru saja meninggal dunia akhir tahun 2008, nun jauh di pedalaman Kalimantan, 20 jam perjalanan ketika jenazahnya diantar keBalipapan).
Hari minggu pagi seperti biasa kami sudah siap dengan bedak Mares(tulisannya Marck)belepotan diwajah kami, rencana pergi nonton pelem kokos di bioskop Ria.Karena ada Kak Mukiban, maka Reny dan Nely untuk pertama kalinya bisa pergi nonton bioskop.Dengan menggendong Reny dan menggandeng Nely,kak Mukiban menggiring kami pergi kebioskop.

Hari itu bioskop agak lengang, karena anak-anak dari komplek Pertamina sudah tau bahwa film yang diputar adalah yang sudah berulang kali diputar, yaitu mengenai kisah cinta Donald dan Daisy bebek.
Kami masuk dengan lancar ketika lampu belum dipadamkan.Saya dan kawan-kawan satu asrama sudah mendapat tempat duduk yang nyaman, tidak terlalu dibelakang yang agak bising dengan bunyi proyektor dan tidak juga didepan yang menyilaukan.Kami tidak lagi peduli dimana Kak Mukiban dengan Reny Nely.Film segera diputar anak-anak bersorak-sorai melihat tingkah Donald bebek.Tiba-tiba gelap gulita dan sunyi senyap, rupanya Roll Film putus, ini biasa terjadi.

Didalam gelap ruangan penonton berteriak-teriak protes, jaman dulu kita anak-anak juga sudah berani perotes kalau kenyamanan kami terganggu.Karena masalah tekhnis rupanya tidak dapat segera diatasi. jadi terpaksa lampu bioskop dinyalakan untuk meredam protes.

Dan.. dalam keadaan terang benderang itu pandangan kami tertuju pada 2 sosok kecil di bawah layar bioskop Ria yang begitu lebar, duduk bersila dengan manisnya, dengan sendal jepit masing-masing teronggok tak jauh dari tempat mereka duduk bersila......Ya ampun...2 orang itu adalah Reny dan Nely...mereka tidak mau merubah kebiasan
kebiasaan mereka ketika menonton pelem, bersila tenang-tenang di depan layar.Sampai dirumah Nelly bercerita pada ibu kami "...Mama...tadi kami nonton TV besaaaarrr betul.......!"

Kak Mukiban tertawa terpingkal-pingkal menceritakan bagaimana dia berusaha membujuk adik-adik untuk duduk dikursi yang sudah disediakan.Kami akhirnya maklum, rupanya kebiasaan nonton Tv dirumah orang kaya tetangga kami yang tidak membolehkan kami duduk disofa mereka terbawa kedalam bioskop...kan sama saja....bioskop juga bukan rumah sendiri tidak boleh duduk disofa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar