Selasa, 20 Oktober 2009

Romantis di Lamaru

Sebagai pengantin baru di-era akhir tahun 70an, apalagi kami bukan pasangan yang mapan secara keuangan maka tak banyak pilihan kami untuk menikmati masa bula madu itu.Kami adalah pasangan yang merasa sebagai orang-orang romantis yang selalu tersentuh dengan yang indah-indah, bahkan hanya oleh sebatang bunga liar yang tumbuh diantara rerumputan.
Adik sepupu saya yang tinggal bersama kami (ketika itu kami sudah agak mapan secara keuangan) pernah mengeritik saya " ini rumput..mana ada orang menanam rumput di pot bunga keramik mahal begini" katanya ketika melihat saya menanam serumpun perdu berdaun kecil-kecil warna maroon yang biasa tumbuh di tempat lembab.
Nah kira-kira begitulah difinisi saya mengenai perasaan romantis saya dan suami.

Waktu itu tidak ada taman di kota, jangankan lagi tanaman bunga di median jalan raya.Kalau tidak ada sampah saja di jalan raya, disuatu kawasan, misalnya di jalan minyak sekitar kawasan kantor besar Pertamina atau perumahan petinggi Pertamina di gunung Dubbs, maka suami saya yang "Singapur minded", akan mengatakan... " enak ya disini, seperti di Singapur" saya waktu itu tidak begitu tau mengenai negara tetangga kita itu.

Masa bulan madu kami biasa kami habiskan untuk melihat-lihat kilang minyak dari daerah tangki minyak di puncak gunung Dubbs di malam hari, atau melihat-lihat taman bunga di halaman rumah-rumah pejabat pertamina itu, disore hari.Tapi lama-lama kami mulai jenuh, melihat itu-itu saja setiap hari, bagaimanapun romantisnya kami.

Ada juga kebiasaan kami yang agak melenceng dari sifat-sifat romantis kami yaitu menonton film silat asal Hongkong. pokoknya kalau gedung bioskop Gelora meutar film silat kami pasti nonton.Li Ching, Cen Fei Fei, Hung Pao Pao, Teng Kuang Yung, Ti Lung, David Chiang dan kawan-kawannya yang beterbangan sambil bermain pedang dengan kostumnya yang melambai dan dandanan rambutnya yang penuh ornamen itu tidak bosan-bosan membuat kami terpukau.

Kebetulan ketika itu suami saya bekerja sebagai kontraktor yang melayani sebuah perusahaan Perancis.Lokasi pekerjaan suami saya itu cukup jauh dari kota Balikpapan, yaitu disekitar delta-delta Mahakam, dari Handil sampai daerah lainnya disekitar Kutai lama.Biasanya kalau suami saya itu berangkat ke lokasi kerjanya hari masih pagi buta dan kembali pada saat menjelang magrib.

Suatu saat suami saya berangkat dari rumah agak kesiangan. Rupanya peristiwa itu membuka cakrawala baru baginya.Sepulangnya dari lokasi dengan wajah khasnya ketika sedang terkagum-kagum akan sesuatu, yaitu matanya semakin sipit ( dia keturunan negeri Panda), senyumnya semakin rapat dan geleng-geleng kepalanya, dia berkata begini "Wihh....tidak di sangka...perjalanan dari Lamaru...sampai Samboja kesana lagi....indahhhh.....banyak bunga-bunga...sepanjang jalan..mami harus melihatnya kapan-kapan..." Oh ya .dia memanggil saya "mami" walaupun saat itu kami belum punya anak, juga adalah salah satu indikasi keromantisan kami, ceritanya.

Saya menanti-nanti saat yang di janjikan suami saya untuk membawa saya melihat keindahan alam Lamaru dan sekitarnya.Tapi namanya juga suami saya kesana karena tugas,jadi waktunya tidak bisa dipilih sendiri...jadwalnya sudah tetap, pergi subuh pulang habis magrib.Mana bisa lihat bunga?
Akhirnya kami memutuskan untuk menyiapkan waktu khusus untuk pergi ke Lamaru, mumpung masa bulan madu belum berlalu, kan kami menikah baru beberapa bulan, kami belum menemukan hal-hal yang membuat kami berselisih paham tentang apapun, jadi semua masih indah saja.

Suatu hari libur ditanggal merah, kami bersiap melakukan perjalanan bulan madu kami menuju Lamaru. Saya menyediakan makanan dan minuman yang cukup, juga ember dan air di jerigen buat cuci-cuci.Oh iya kendaraan kami ketika itu adalah sebuah pick-up Datsun... cukup keren bagi kami pada masa itu,saya tak pernah lagi melihat mobil semacam itu setelah lewat tahun 80an.

Benar saja apa yang dikatakan suami saya,pemandangan begitu mankjubkan saya. penduduk yang tinggal disepanjang jalan menanam bunga-bunga...ada kembang sepatu, kembang jengger ayam, kembang daun keriting warna merah kuning hijau, kembang mangkokan, puring warna-warni...dan yang paling keren dan modern adalah anggrek tanah warna ungu,karena hanya ada dirumah-rumah orang yang terlihat agak berada.Selebihnya dihalaman setiap rumah dapat dipastikan ada bahkan banyak kembang tai ayam..kalau orang modern menyebutnya morning glory.
Saat itu kami sangat "satisfied" wah...kata-kata ini juga saya pilih untuk menggambarkan betapa romantisnya kami.

Saat ini kejadian itu sudah berlalu sekian puluh tahun..dan kota Balikpapan sudah di penuhi oleh bunga-bunga beraneka warna di setiap sudutnya....kebersihannyapun sudah hampir setara dengan Singapur atau kota-kota modern dimanapun....Mau romantis tidak perlu jauh-jauh ke Lamaru lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar